KONSEP ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN
KONSEP ISLAM RAHMATAN LIL
ALAMIN
Secara bahasa (etimologi) kata Islam berasal dari bahasa Arab yang
mengandung makna penyerahan diri kepada Allah SWT., bahkan ada juga yang
mendefinisikan kata Islam sebagai “keselamatan”, hal itu berlandaskan pada asal
kata Islam itu sendiri yang diambil makna dari tiga huruf yaitu; S(sin), L(lam), M(mim) yang
bermakna dasar “selamat” atau keselamatan/kedamaian. Jadi pengertian Islam
secara bahasa adalah penyerahan diri kepada Allah SWT secara total untuk
mendapatkan keselamatan, kebahagiaan dan kedamaian.
Adapun pengertian Islam secara istilah (terminologi)
yaitu adalah seperangkat nilai dan norma yang datang dari Allah kepada manusia
sebagai pedoman hidup melalui para utusan-Nya (sejak Nabi Adam As. sampai
dengan Nabi Muhammad SAW.) agar manusia mendapatkan keselamatan, kedamaian dan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Secara khusus ajaran Allah terakhir yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. untuk seluruh umat manusia dan berlaku
sepanjang masa.
Dari pengertian diatas baik secara bahasa dan istilah
dapatlah kita pahami bahwa agama Islam diturunkan oleh Allah SWT. khususnya
melalui Nabi Muhammad SAW. untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini agar
berserah diri dengan kpatuhan penuh kepada Allah SWT. sehingga melahirkan
kedamaian, kebahagiaan dan keslamatan di dunia dan di akhirat.
Dalam konteks Indonesia kalau kita berbicara tentang
Islam, pasti sering kita jumpai sebuah istilah yang sudah tidak asing lagi di
telinga kita yaitu “Islam Rahmatan lil Alamiin”, artinya agama Islam yang di
bawa oleh Nabi Muhammad SAW. adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam,
senantiasa mengajarkan kebaikan dan kebahagiaan, menyabarkan kedamaian, bukan
hanya terbatas pada penganutnya akan tetapi kepada semua kalangan umat manusia
dan kepada semua alam jagad raya. Kalau dilihat dari kata “alamiin” itu sendiri, dalam kaidah bahasa Arab pada akhir kata
tersebut terdapat huruf “ya” dan “nun” yang bermakna “isim mutsana” artinya dalam suatu kata mengandung dua makna objek.
Saya berikan contoh misalnya pada kalimat “syahadataiin”.
Asal katanya adalah “syahadat” yang
artinya penyaksian (bersaksi), oleh karena diakhir kata terdapat huruf “ya” dan
“nun” maka maknanya berubah menjadi dua penyaksian (asyhaduanla ilaha ilallah wa
asyhaduanna muhammadan rasulullah).
Kata “wa” yang saya garis bawahi itu memiliki
arti “dan”, juga sebagai fungsi pembatas antara kalimat sebelum dan
sesudahnya. Jika diartikan kedalam bahasa Indonesia artinya adalah “aku bersaksi
tidak ada Tuhan yang berhak di ibadahi/sembah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah rasul/utusan Allah”.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa ada dua hal
yang menjadi objek penyaksian yaitu Allah dan Muhammad. Melalui contoh diatas kahirnya
saya harap pembaca bisa mengerti bahwa yang dimaksud dengan Islam “Rahmatan lil Alamiin” adalah menjadi
rahmat bagi dua alam yaitu alam dunia dan alam akhirat, menjadi rahmat bagi
umat muslim itu sendiri (intern) dan
umat lainnya/non muslim (ekstern).
Oleh karena Islam sebagai agama pembawa rahmat, penyebar kebaikan, kedamaian
dan kebahagiaan, maka sebagai penganutnya seseorang (muslim) juga harus menerapkan sikap hidup sebagaimana yang telah
menjadi tujuan Islam itu sendiri yaitu senantiasa menjaga keselarasan hubungan
manusia dengan Tuhan (hablum minallah),
dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (hablum
minannas), dan juga tidak lupa menjalin hubungan baik manusia dengan alam
semesta (hablum minal alam).
Adapun yang dimaksud dengan hablum minaallah adalah hubungan seorang hamba dengan Tuhannya
berupa amaliah atau ibadah ritual seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain
sebagainya. Intinya adalah melaksanakan apa yang desebut dengan rukun Islam,
rukun Iman, dan rukun Ihsan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. dengan
menjalankan aturan-aturan dalam agama. Sebagaimana kita tahu bersama bahwa
segala hal yang menyangkut ibadah berarti tidak bisa di interfensi atau di
campur tangani oleh pihak agama lain, masing-masing agama telah mempunyai hukum
aturan dan cara beribadah menurut keyakinan mereka sendiri. Hal ini telah
ditegaskan oleh Allah SWT dalam firmannya sebagai berikut :
Artinya :
"Untuk mu agama mu dan untuk ku agama ku" (Qs. Al-Kafirun : 6)
Sementara yang dimaksud dengan hablum minannas yaitu tidak lebih dari hubungan interaksi sosial
antara sesama manusia, yang kemudian disebut dengan hubungan mu’amalalah. Dalam
hubungan sosial ini tidak memandang seseorang berasal dari agama apa, negara,
suku, ras, warna kulit, golongan apa pun dan dari mana pun. Dalam konsep ini
manusia bergaul dan berinteraksi dengan siapapun mereka yang bernama manusia.
Pandangan inilah yang membuat hubungan antar sesama manusia menjadi semakin
erat tanpa melihat asal usul agama, ras dan golongan, dan dalam konteks negara
kita Indonesia hal ini disebut dengan pluralitas atau kemajemukan. Sejak dahulu
di negara kita perbedaan itu adalah hal yang biasa, memang Indonesia diwarnai
dengan berbagai keragaman, keberagaman itu dapat dilihat dari segi agama, adat istiadat
dan tradisi, suku bangsa dan bahasa, namun Indonesia mampu menjaga semuanya itu
dengan baik bahkan oleh rakyat Indonesia perbedaan itulah yang membuat bangsa
ini menjadi bangsa yang kuat, karena dengan perbedaan itu masyarakat menjadi
saling kenal satu dengan yang lain untuk kemudian bersatu padu membangun bangsa
yang kuat. Kalau dapat saya ilustrasikan perbedaan-perbedaan di atas misalnya
seperti halnya orang akan membangun sebuah rumah, pastilah bahan material yang
di butuhkan beragam adanya, seperti; pasir, kerikil, semen, batu dasar, batu
bata, besi, kayu dan lain sebagainya sehingga al hasil menjadi suatu bangunan
yang kokoh dan indah pandang. Mustahil orang membangun rumah hanya dengan
mengandalkan bahan pasir sasaja.[1]
Oleh karena itu di butuhkan beragam macam bahan untuk mendirikan sebuah bangunan
yang kuat. Begitulah kira-kira keragaman masyarakat di Indonesia, pun sudah
tertuang dalam semboyan kita Bhineka
Tunggal Ika,[2]
yang memiliki makna berbeda-beda tetapi satu jua. Jadi, manusia harus saling menjaga
hubungan baiknya antar sesama, agar senantiasa tercipta suasana hidup yang aman,
dan damai.
Dalam hal perbedaan, Islam juga telah memberikan
penjelasan melalui firman Allah SWT dalam Al-qur’an surah al-Hujurat ayat 13,
sebagai berikut :
Artinya :
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal". (Qs. Al-Hujurat : 13)
Perlu saya tegaskan lagi bahwa manusia di ciptakan Tuhan
dengan perbedaan untuk saling kenal-mengenal, sehingga hubungan itulah yang
menjadikan kita serasa bersaudara, sedangkan tolak ukur kemuliaan seseorang
bagi Tuhan adalah ketakwaannya kepada Tuhan melalui ajaran agama yang dianut
olehnya, yang terakhir, di tutup oleh ayat diatas bahwa Tuhanlah yang
mengetahui sesiapa yang benar-benar bertakwa kepada-Nya, dan demikian Tuhan
mengenalinya sebagai hamba-Nya yang baik.
Jadi, yang membedakan antara manusia yang satu dengan
yang lainnya di hadapan Allah bukanlah apa yang tampak pada bentuk luarnya
seperti; warna kulit, suku dan golongan, agama, adat istiadat dan bahasa, akan
tetapi ketakwaan, kepatuhan, dan keberserahan diri mereka kepada Tuhan Yang
Maha kuasa, Allah SWT.
Kemudian yang di maksud dengan Hablum minal alam adalah hubungan baik manusia dengan alam. Dalam
artian, manusia sebagai makhluk yang telah dibekali oleh Allah dengan akal yang
sehat, harus mampu mendaya gunakan akal sehatnya itu untuk berfikir dengan baik
demi mencapai hidup yang seimbang. Salah satu sikap tidak seimbang dalam
memanfaatkan karunia yang telah Tuhan berikan adalah perilaku manusia yang
dengan sesuka hati merusak alam, termasuk menebang pohon sembarangan, membakar
hutan, menimbun pantai, pemboman laut, sekecil-kecilnya membuang sampah di
sungai. Semua itu dilakukan manusia hanya untuk memenuhi keinginan mereka
semata, tanpa memperhatikan dampak dan akibat yang akan di timbulkan kepada
mereka dikemudian hari. Contoh sederhana saja ktika ada beberapa orang membuang
sampah di sungai, kian hari orang makin banyak mambuang sampah maka akan
semakin banyak pula sampah yang terkumpul di aliran sungai tersebut, ketika
tiba musim hujan, air sungai yang seharusnya berjalan lancar kini sulit untuk
berjalan melalui jalurnya karena kenapa?, karena tersumbat sampah bauangan
masyarakat itu tadi, akhirnya air sungai meluap dan mengakibatkan terjadinya
bencana alam yang kita sebut banjir. Dan itu ulah siapa? anda sendiri tahu
jawabannya.
Contoh di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak
praktek kerusakan alam yang sering terjadi akibat ulah tangan (keserakahan)
manusia yang tidak bisa menjaga kelestarian alam demi keselamatan mereka di
masa yang akan datang. Hal itu juga telah di singgung oleh Allah SWT dalam
Al-qur’an surah ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya:
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar." (Qs. Ar-Ruum : 41)
Itulah mengapa Islam selalu mengajarkan agar seseorang
(muslim) harus menjaga hubungan baik dengan alam sekitar, tidak usah jauh-jauh
untuk belajar menjaga hubungan baik dengan alam sekitar kita, cukup dengan
memulai dari diri kita sendiri dan mensosialisasikan kepada kerabat dekat kita
untuk tidak membuang sampah sembarangan, menebang pohon, membakar hutan,
merusak laut dan sebagainya. Bagi saya itulah manusia yang mampu mendayagunakan
akal sehat yang dikaruniakan Allah kepadnya.
Dari beberapa uraian diatas, baik dari konsep hablum minallah, hablum minanas, dan hablum minal alam, terlepas dari segala
kekurangan saya, saya ingin mengatakan bahwa seperti inilah bentuk ajaran Islam
yang sesungguhnya, ajaran Islam yang di bawah oleh nabi kita baginda rasulullah
Muhammad SAW. yang kemudian kita kenal dengan Islam yang rahmatan lil alamin,
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Dengan kita menerapkan konsep hidup seperti ini, insya
Allah kita akan merasakan nikmatnya Islam dalam hidup kita, kita akan dapat
merasakan hadirnya ketentraman dan kedamaian dalam batin kita. Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
SEKIAN !!
Komentar
Posting Komentar